Manfaat TEORI METODOLOGI Sejarah

Oleh: Petra Wahyu Utama
Dari berbagai Sumber.


PENDAHULUAN

Ilmu Sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia, merupakan ilmu pengetahuan yang tertarik pada peristiwa-peristiwa spesifik dan penjelasannya. Sejarah sering dideskripsikan sebagai peristiwa-peristiwa masa lalu sebagaimana peristiwa itu benar-benar terjadi secara aktual. [1]
Ahli sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti catatan yang ditulis atau dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya, bangunan dan monumen, serta dari wawancara (yang sering disebut sebagai “sejarah penceritaan”, atau oral history). Untuk sejarah modern, sumber-sumber utama informasi sejarah adalah: foto, gambar bergerak (misalnya: film layar lebar), audio, dan rekaman video. Namun tidak semua sumber-sumber tersebut dapat digunakan untuk penelitian sejarah, karena tergantung pada periode yang hendak diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi, atau cara pandang sejarah, yang berbeda satu dengan yang lainnya.[2]
Dalam hal penulisan sejarah, dibutuhkan metode-metode yang digunakan agar penulisan sejarah dapat tersusun secara kronologis. Pengetahuan sejarah haruslah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang telah terjadi serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis yang mendasari kerangka pikir dalam penulisan sebuah peristiwa sejarah. 

PERMASALAHAN

Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai keberhasilan dan kegagalan dari para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah. Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang memengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang zaman.[3]
Oleh sebab itulah Sejarah bukan semata-mata rangkaian fakta belaka, tetapi sejarah adalah sebuah cerita. Cerita yang dimaksud adalah penghubungan antara kenyataan yang sudah menjadi kenyataan peristiwa dengan suatu pengertian bulat dalam jiwa manusia atau pemberian tafsiran /interpretasi kepada kejadian tersebut. Dengan kata lain penulisan sejarah merupakan representasi kesadaran penulis sejarah dalam masanya. Ada banyak alasan mengapa orang menyimpan dan menjaga catatan sejarah, termasuk: alasan administratif (misalnya: keperluan sensus, catatan pajak, dan catatan perdagangan), alasan politis (guna memberi pujian atau kritik pada pemimpin negara, politikus, atau orang-orang penting), alasan keagamaan, kesenian, pencapaian olah raga (misalnya: rekor Olimpiade), catatan keturunan (genealogi), catatan pribadi (misalnya surat-menyurat), dan hiburan.[4]
Melihat dari berbagai alasan tersebut, metode sejarah sangat diperlukan dalam proses merangkai peristiwa, agar penulisan sejarah memiliki fokus yang jelas dan bersifat faktual. Secara umum dalam metode sejarah, penulisan sejarah (historiografi) merupakan fase atau langkah akhir dari beberapa fase yang biasanya harus dilakukan oleh peneliti sejarah. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Dibutuhkan proses yang sangat panjang dalam penulisan sebuah fakta sejarah.

ISI

A.      Perkembangan Penulisan Sejarah dan Manfaat Mempelajari Sejarah

Perkembangan historiografi Indonesia dimulai dengan timbulnya studi sejarah yang kritis, dimana perkembangan metode sejarah ilmiah di Indonesia membutuhkan proses yang demikian panjang dan tidak serta merta langsung terjadi. Dalam bidang sejarah sendiri, untuk dapat melakukan kritik terhadap sumber-sumber sejarah diperlukan ilmu bantu. Diawali dengan munculnya tulisan berjudul Critische Beschouwingen Van De Sejarah Banten karya Husein Djajadiningrat, merupakan hasil studi yang menggunakan suatu karya historiografi tradisional sebagai obyek sekaligus sebagai sumber sejarah yang menggunakan prinsip-prinsip metode kritis sejarah. Setelah proklamasi, terdapat upaya yang dominan  untuk melihat sejarah dari aspek nasional, memandang sejarah dari masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai konsekuensi dari pantulan kesadaran kultural, maka wajar bila historiografi yang berkembang adalah sejarah ideologis. Suatu sejarah yang menanamkan suatu nilai-nilai terutama semangat nasionalisme, heroisme, dan patriotisme. [5]
Dalam perkembangaannya historiografi Indonesia modern, dimulai sekitar tahun 1957, waktu diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Indonesia pertama di Yogyakarta. Tahun itu dianggap sebagai   sebagai titik tolak kesadaran sejarah baru. Pada seminar tersebut membahas tiga hal yang dianggap sangat penting ketika itu, hal tersebut antara lain fisafat sejarah nasional, periodisasi sejarah Indonesia, dan pendidikan sejarah. Perdebatan berlanjut sampai pada tahun 1970. Banyak perubahan yang terjadi pada tahun-tahun setelah 1970 tidak saja dalam arti pemikiran tentang bagaimana seharusnya sejarah ditulis, tetapi juga kegiatan dalam arti yang kongkret, seperti diwujudkan dalam perkembangan kelembagaan, ideologi, dan substansi sejarah. Dari situlah, saat ini muncul pengkatagorian penulisan sejarah (Historiografi) menjadi: 
  • Historiografi tradisional adalah karya sejarah tentang kerajaan-kerajaan di Indonesia yang ditulis oleh para pujangga keraton pada zamannya. Ciri-ciri historiografi tradisional adalah istana sentris atau raja sentris, religio-magis, kultus Dewa Raja (Raja adalah setengah dewa), subyektif yang sangat tinggi,  kurang kronologis, berfungsi untuk melegitimasi kekuasaan raja pada suatu dinasti dan memberi kohesi atau kebersamaan pada masyarakat.
  • Historiografi kolonial yaitu semua karya sejarah tentang Indonesia yang ditulis pada periode penjajahan, oleh para penulis kolonial (Belanda, Inggris), dan bangsa Barat (Portugis). Ciri-cirinya adalah sudut pandang Eropasentris atau Nerlandosentris, memusatkan penulisan pada kebudayaan Barat yang dianggap paling maju, lebih berorientasi pada fakta, periodesasi dan uraiannya kronologis.
  • Historiografi Indonesia modern yaitu penulisan sejarah dengan sudut pandang mengedepankan bangsa Indonesia dengan cirinya adalah bersifat kritis analitis dengan menggunakan pendekatan multidimensional, menonjolkan peran bangsa Indonesia, mengungkapkan micro history sehingga menghasilkan sejarah populis, bukan elitis.[6]
Munculnya ketiga definisi ini tidak luput pula dari munculnya berbagai macam aliran penulisan sejarah yang kemudan memunculkan  tema-tema dalam penulisan sejarah.[7] Seperti halnya:
  •  Sejarah Lisan, merupakan upaya mengetahui kejadian masa lalu yang dilakukan dengan teknik wawancara pada tokoh atau pelaku sejarah yang berkaitan dengan kejadian atau tema tertentu. Sejarah lisan dengan demikian memiliki dua fungsi, pertama ia sebagai metode (cara penulisan sejarah) dan kedua sebagai sumber sejarah. Sejarah Sosial Merupakan penulisan sejarah yang berkaitan dengan tema-tema sosial seperti kemiskinan, perbanditan, kekerasan, kriminalitas, pelacuran, perlawanan terhadap kolonial, pertumbuhan penduduk, migrasi, urbanisasi dan sebagainya.
  • Sejarah Kota, sebagaimana sejarah sosial, permasalahan yang menjadi bidang kajian sejarah kota juga sangat luas. Diantara bidang kajian yang termasuk dalam sejarah kota antara lain, perkembangan ekologi (lingkungan) kota; transformasi atau perubahan sosial ekonomi masyarakat kota (termasuk di dalamnya adalah industrialisasi dan urbanisasi); sistem sosial dalam masyarakat kota; problem-problem sosial seperti masalah kepadatan dan heterogenitas; dan mobilitas sosial masyarakat perkotaan. Sejarawan banyak yang memasukkan sejarah kota juga dalam sejarah sosial atau sejarah lokal. 
  • Sejarah Pedesaan, adalah sejarah yang secara khusus meneliti tentang desa atau pedesaan, masyarakat petani, dan ekonomi petanian.
  • Sejarah Ekonomi, merupakan salah satu unit penulisan sejarah yang mempelajari berbagai faktor yang menentukan jalannya perkembangan perekonomian (produksi, distribusi dan konsumsi) suatu masyarakat.
  • Sejarah Kebudayaan, merupakan kajian historis yang membahas tentang pola-pola kehidupan (morfologi budaya) dan kesenian.
  • Sejarah Lokal, adalah dinamika masyarakat pedesaan, interaksi antar suku bangsa dalam masyarakat majemuk, revolusi nasional di tingkat lokal, dan biografi tokoh-tokoh lokal.
  • Sejarah Wanita, bidang kajian dari sejarah wanita ini antara lain meliputi tentang peranan wanita dalam berbagai sektor sosial-ekonomi, biografi tokoh wanita, gerakan-gerakan wanita, sejarah keluarga dimana peran wanita disini sangat dominan, tentang budaya wanita, dan tema tentang kelompok-kelompok wanita. Sebagai spesialisasi dalam kajian sejarah, sejarah wanita dapat dimasukkan dalam sejarah sosial.
  • Sejarah Agama, kajian dalam sejarah agama antara lain meliputi, sejarah awal lahirnya agama-agama dunia, aliran-aliran keagamaan pada agama-agama tertentu, gerakan-gerakan keagamaan, pemberontakan ulama dan lain sebaginya.
  • Sejarah Politik, merupakan sejarah yang mengkaji tentang masalah-masalah pemerintahan, kenegaraan (termasuk partai-partai politik) dan power (kekuasaan).
  • Sejarah Pemikiran, dapat didefinisikan sebagai the study of the role of ideas in historical events and process. Secara lebih kongkrit sejarah pemikiran mencakup studi tentang pemikiran-pemikiran besar, yang berpengaruh pada kejadian bersejarah, serta pengaruh pemikiran tersebut pada masyarakat bawah.
  • Sejarah Kuantitatif, adalah penggunaan metode kuantitatif (teknik matematika) dalam penulisan sejarah. Perbedaannya dengan penulisan sejarah lain (sejarah kualitatif) dengan demikian terletak pada penggunaan data sejarah. Kalau sejarah kualitatif datanya berupa deskripsi (berita), peninggalan (bangunan, foto), pikiran, perbuatan, dan perkataan (sejarah lisan), maka sejarah kuantitatif datanya berupa angka-angka (misalnya: angka kejahatan, jumlah murid), statistik (misalnya: harga sembako, perpajakan) dan sensus (misalnya: penduduk, ternak).
  • Sejarah Mentalitas, tema-tema yang menjadi objek studi sejarah mentalitas antara lain meliputi mentalitas revolusioner, kontrarevolusioner, orang-orang militan, kaum anarkis, perbanditan, pelacuran, petualangan, pembunuhan, kriminalitas, konflik desa-kota, fenomena bunuh diri, ketidakwarasan (gila), budaya populer (budaya pop), penindasan perempuan, pertenungan, aborsi, homoseksualitas, dan kematian.
  • Biografi, merupakan sejarah tentang perjalanan hidup seseorang. Misalnya biografi Ki Hajar Dewantoro, Soeharto dan lain sebagainya.
Adapun segala bentuk tema tulisan sejarah tersebut berguna bagi pengembangan edukatif dimana fungsi bagi manusia. Fungsinya adalah untuk belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan, pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang dialaminya sendiri, melainkan juga dari generasi sebelumnya. Manusia melalui belajar dari sejarah dapat mengembangkan potensinya. Kesalahan pada masa lampau, baik kesalahan sendiri maupun kesalahan orang lain bisa dihindari. Sementara itu, pengalaman yang baik justru harus ditiru dan dikembangkan. Dengan demikian, manusia dalam menjalani kehidupannya tidak berdasarkan coba-coba saja (trial and error), seperti yang dilakukan oleh binatang. Manusia harus berusaha menghindari kesalahan yang sama untuk kedua kalinya; kemudian digunakan sebagai sumber inspiratif dimana sejarah mampu memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya; dan yang terakhir, sebuah penulisan sejarah mampu difungsikan sebagai media rekreatif yang dapat memberi suatu hiburan yang segar melalui penulisan kisah sejarah yang menarik pembaca dapat terhibur. gaya penulisan yang hidup dan komunikatif dari beberapa sejarawan terasa mampu “menghipnotis” pembaca. pembaca akan merasa nyaman  membaca tulisan dari seajarawan. konsekuensi rasa senang dan daya tarik penulisan kisah sejarah tersebut membuat pembaca menjadi senang. membaca menjadi media hiburan  dan rekreatif. membaca telah menjadi ibagian dari kesenangan. membaca tealah dirasakan sebagai suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan yang untuk rekreatif.[8]

B.     Sistematika Metode Penelitian dan Penulisan Sejarah

Metode Sejarah secara garis besar meliputi proses pencarian dan pengumpulan sumber serta pengolahan data sehingga diperoleh fakta dan proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau.[9] Proses ini teraplikasi dalam tahap-tahap yang mencakup pada:

1.    Heuristik
Heuristik merupakan proses pengumpulan data, baik primer maupun sekunder, berupa dokumen-dokumen tertulis maupun lisan dari peristiwa masa lampau sebagai sumber sejarah. Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini adalah:
a)         Sumber primer
Sumber primer diperoleh melalui penelusuran terhadap dokumen/arsip yang dapat dibagi menjadi dua sumber yaitu sumber tertulis dan sumber lisan. Untuk sumber primer tertulis dapat yang berupa arsip mengenai peraturan, rumusan perundang-undangan, dan data-data yang berkaitan dengan peristiwa sejarah yang akan dituliskan. Adapun sumber primer lisan diperoleh melalui wawancara dengan orang-orang yang berkompeten dalam peristiwa sejarah. Wawancara yang dilakukan dengan para informan dapat dibedakan ke dalam tiga ketegori, yaitu: orang-orang yang terlibat langsung, orang-orang yang menyaksikan peristiwa tetapi tidak terlibat langsung, dan orang-orang yang tidak terlibat langsung tetapi mendapat keterangan dari orang yang terlibat dalam peristiwa.
b)        Sumber sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak secara langsung memberikan keterangan yang sifatnya mendukung sumber data primer. Data sekunder diperoleh dari artikel-artikel dan laporan penelitian dari peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini, yang sudah bersifat jamak diperoleh dari Perpustakaan dan Badan Arsip yang mempunyai relevansi untuk memperkuat argumentasi dan melengkapi hasil penelitian.
2.    Kritik
Kritik proses melakukan pengujian terhadap kredibilitas dan otentisitas sumber. Kritik terdiri dari kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern yang dilakukan untuk menguji sumber guna mengetahui keontentikan atau keaslian sumber. Dalam tahapan ini, sumber-sumber yang telah didapat, diuji, dan ditelaah lebih jauh sehingga sumber dapat dipastikan keotentisitasannya. Kritik intern diperlukan untuk mendapatkan kredibilitas atau kebenaran isi sumber. Bertujuan untuk membuktikan bahwa informasi dan kesaksian yang diberikan merupakan informasi yang dapat dipercaya kebenarannya. Kritik intern terhadap hasil wawancara dilakukan dengan cara mencocokkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh para informan dengan data lain, baik yang berbentuk tulisan maupun lisan. Sedangkan kritik intern terhadap data tertulis dilakukan dengan cara membandingkan dengan sumber-sumber lain yang lebih dapat dipercaya dan membuat pertanyaan kritis. Dengan cara demikian kesalahan informasi dalam sebuah sumber sejarah dapat diketahui.
3.    Interpretasi
Interpretasi adalah merupakan penafsiran atas sumber atau fakta yang diteliti. Dalam proses ini peran imajinasi sangat besar, karena imajinasi membantu sejarawan untuk merangkaikan, menghubungkan dan menafsirkan makna dari suatu fakta dalam bentuk kata-kata atau kalimat agar mudah untuk dipahami. Kemudian fakta-fakta tersebut disintesis atau dicari keterkaitannya dengan fakta-fakta sejarah sehingga diperoleh kesatuan kisah yang logis, kronologis, dapat dipercaya, dan utuh.
4.    Historiografi
Tahap terakhir pada metode sejarah adalah historiografi yaitu tahap penulisan sejarah. Setelah sumber melewati tahap-tahap sebelumnya, maka siaplah mereka untuk dirangkai menjadi sebuah karya tulis yang ilmiah. Apabila semua tahap dilewati dengan benar maka akan menghasilkan karya sejarah yang diharapkan yaitu sebuah tulisan sejarah yang deskriptif-analitis dengan mengedepankan aspek keilmiahan yang tinggi serta aplikatif.
Nilai historis memiliki arti penting dalam mendukung identitas suatu bangsa. Adapun penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan yang digunakan, dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan, sehingga mampu dalam proses penulisannya. Hasil pelukisannya akan sangat ditentukan oleh proses pengaplikasian dan penerapan metode sejarah yang wajib dilakukan secara runtut.  


KESIMPULAN

Berbicara tentang sejarah, biasanya akan segera menghubungkannya dengan cerita, yaitu cerita tentang pengalaman-pengalaman manusia di waktu yang lampau. Bahwasanya sejarah pada hakekatnya adalah sebuah cerita kiranya tidak bisa disangkal lagi.
Kendati begitu, hal yang perlu sekali disadari adalah kenyataan bahwa sebagai cerita, sejarah bukanlah sembarang cerita. Cerita sejarah tidaklah sama dengan dongeng ataupun novel. Ia adalah cerita yang didasarkan pada fakta-fakta dan disusun dengan metode yang khusus yang bermula dari pencarian dan penemuan jejak-jejak sejarah, mengujji jejak-jejak tersebut dengan metode kritik yang ketat (kritik sejarah) dan diteruskan dengan interpretasi fakta-fakta untuk akhirnya disusun dengan cara-cara tertentu pula menjadi sebuah cerita yang menarik tentang pengalaman masa lampau manusia itu.  
Ahli sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber. Sumber tersebut tidak bisa serta merta digunakan sebagai sumber sejarah. Dalam proses penentuan sumber hingga penulisan fakta sejarah, diperlukan metode-metode sendiri yang harus dilakukan step by step agar mendapatkan sebuah gambaran yang kronologis dan sesuai dengan fakta yang terjadi.



DAFTAR PUSTAKA
Buku
Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI Press, 1986 )
Kartodirdjo, Sartono, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1982).
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang, 1995).
Saefur Rochmat, Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Ilmu Sosial, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009).
Soedjatmoko, An Introduction to Indonesia Historiography, (New York:Cornell University)



Internet

Erond Damanik, http://pussisunimed.wordpress.com/2010/02/05/penulisan-sejarah-historiografi-indonesia/

Rukardi, Tema Sejarah ,http://hapbiker.wordpress.com/2007/08/14/manfaat-mempelajari-sejarah/




[1]Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hlm. 4.
[2]Ibid, hlm 21.
[3]Saefur Rochmat, Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Ilmu Sosial (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 45.
[4]Ibid, hlm 48
[5]Erond Damanik, http://pussisunimed.wordpress.com/2010/02/05/penulisan-sejarah-historiografi-indonesia/, diunduh pada 4 Januari 2012 pukul 22.00
[6]Soedjatmoko, An Introduction to Indonesia Historiography (New York: Cornell University, 1965), hlm. 336-338.
[7]Rukardi,Tema Sejarah ,http://hapbiker.wordpress.com/2007/08/14/manfaat-mempelajari-sejarah/, diunduh pada 5 Januari 2012 pukul 21.45.
[8]Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Bentang, 2001), hal. 185.
[9]Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 32

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Marxism : The Root of Comunism, HISTORY SUBJECT FOR DJUWITA SENIOR HIGHSCHOOL Tanjungpinang - Petra Wahyu Utama

Semarang dan Kisah Tentang Congyang

SHINTA, DISKOTEK PERTAMA DI SEMARANG